MNI|Semarang, 15 Oktober 2025,Lampu-lampu kota Semarang berkilau di bawah malam yang lembut. Dari ketinggian Café Atap Langit, pemandangan kota tampak seperti lautan cahaya. Namun malam itu, suasananya bukan sekadar untuk bersantai. Di antara cangkir kopi dan layar laptop, puluhan orang tampak serius mendengarkan. Mereka datang bukan untuk menikmati pemandangan, melainkan untuk belajar — tentang bagaimana uang bergerak di dunia maya bernama pasar finansial.
Sekitar tiga puluh peserta duduk melingkar. Ada mahasiswa, pekerja muda, hingga ibu rumah tangga. Semuanya larut dalam diskusi bertema “Edukasi Trading dan Melek Finansial”, yang digagas oleh Komunitas Forex Semarang bersama The Forecaster.
Di depan mereka, dua pembicara — Merry dan Megan — bergantian memegang mikrofon. Bukan dengan nada menggurui, keduanya lebih seperti teman bercerita yang berbagi pengalaman.
“Trading bukan jalan pintas untuk kaya,” kata Merry membuka pembicaraan dengan nada tenang. “Ia adalah disiplin, kesabaran, dan cara berpikir.”
Dari Legalitas hingga Mentalitas
Materi malam itu mengalir dari hal mendasar: mengenali legalitas broker, memahami pergerakan harga, hingga membaca chart dan tren.
Megan, yang dikenal di kalangan trader sebagai analis teknikal, menekankan pentingnya latihan mental.
“Sebelum terjun ke pasar sungguhan, biasakan dulu di akun demo,” ujarnya. “Karena di dunia nyata, tekanan emosinya jauh lebih besar dari yang terlihat di grafik.”
Di sudut ruangan, Bu Lina, ibu rumah tangga asal Semarang Barat, mengangguk pelan.
“Ternyata tidak sesulit yang saya kira,” katanya. “Selama ada pembimbing yang sabar, semua bisa dipahami.”
Malam itu terasa berbeda. Tak ada kesan seminar yang kaku. Peserta saling bertanya, berbagi cerita, bahkan menertawakan pengalaman salah langkah saat pertama kali mencoba trading.
Merry menutup sesinya dengan kalimat yang menancap dalam ingatan:
“Trading itu bukan soal menang atau kalah. Tapi tentang belajar mengenali diri sendiri lewat angka.”
Anak Muda di Garis Depan Finansial
Dari antara peserta, dua sosok muda menonjol: Mochamad Zaini dan Farid, keduanya masih berusia dua puluhan.
Mereka adalah wajah di balik Komunitas Forex Semarang, komunitas kecil yang kini tumbuh menjadi wadah belajar bersama para trader muda.
Zaini, 19 tahun, mahasiswa asal Ngaliyan, memulai perjalanan trading sejak SMA.
“Awalnya saya penasaran, kenapa grafik bisa naik-turun tanpa alasan,” ujarnya tersenyum. “Lama-lama saya sadar, di balik grafik itu ada perilaku manusia, ada psikologi pasar.”
Bagi Zaini, trading bukan semata mencari keuntungan, melainkan memahami logika dan mengendalikan emosi.
Sementara Farid, mahasiswa Universitas Semarang, aktif membagikan edukasi di media sosial melalui akun @faridzalakbar. Ia percaya, semakin banyak anak muda yang belajar dengan benar, semakin kecil risiko mereka terjerat iming-iming cepat kaya dari investasi bodong.
“Kami ingin membangun komunitas yang kredibel. Tempat orang bisa belajar tanpa takut ditipu,” ujarnya.
Dari diskusi-diskusi kecil di kafe, lahir semangat besar: membangun kesadaran finansial dari bawah. Tidak dengan jargon rumit, tapi dengan percakapan sederhana yang bisa dipahami siapa saja.
Suasana, Cerita, dan Kesadaran Baru
Jam sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam ketika udara dingin mulai turun dari perbukitan. Namun tak satu pun peserta beranjak.Mereka masih berdiskusi, beberapa mencatat poin penting di ponsel, sebagian lainnya menatap grafik di layar laptop.
Di sela-sela itu, aroma kopi dan obrolan ringan menjadi perekat suasana.
Di sini, trading tidak terasa seperti urusan angka, tapi seperti proses menemukan keseimbangan antara pikiran dan kesabaran.
“Kami ingin masyarakat sadar bahwa pasar keuangan bukan dunia yang menakutkan,” kata Merry menutup sesi. “Asal punya bekal ilmu dan hati yang tenang.”
Malam itu di Atap Langit Semarang, ilmu bertemu semangat, dan angka bertemu dengan cita-cita.
Dari Komunitas Kecil, Menuju Gerakan Melek Finansial
Sesi ditutup dengan foto bersama di rooftop café. Di belakang mereka, langit Semarang memantulkan warna jingga lampu kota.
Mereka bukan sekadar peserta seminar, tapi bagian dari gerakan kecil menuju literasi finansial yang lebih luas.
Beberapa peserta menukar kontak, sebagian lainnya menandai akun mentor di Instagram:
📊 @merry_na_adi — edukator finansial di Valbury Asia Futures
📉 @meggan_the_forecaster_x_STA — analis pasar & praktisi teknikal
💡 @xyyzzaaini — trader muda & founder Komunitas Forex Semarang
🚀 @faridzalakbar — mahasiswa USM & co-founder Komunitas Forex Semarang
Belajar di Atap Langit, Menatap Masa Depan
Malam di Café Atap Langit itu meninggalkan kesan mendalam. Bahwa pengetahuan tidak selalu lahir dari ruang kelas — kadang tumbuh dari secangkir kopi dan kemauan untuk berubah.
Di tangan anak-anak muda seperti Zaini dan Farid, bersama bimbingan mentor berpengalaman seperti Merry dan Megan, Semarang perlahan membangun ekosistem baru: masyarakat yang tak hanya bekerja keras, tapi juga berpikir cerdas dalam mengelola keuangan.