Jateng Raih Provinsi Terbaik Perumahan, 17 Ribu Rumah Dibangun untuk Warga Miskin

MNI | Jakarta – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meraih penghargaan bergengsi di bidang penyediaan perumahan. Pada Peringatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) 2025, Senin, 25 Agustus, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) RI menetapkan Jawa Tengah sebagai provinsi terbaik pertama.

Penghargaan diserahkan Menteri PKP Maruarar Sirait kepada Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi di Wisma Mandiri II, Jakarta. Dengan ekspresi sumringah, Ara—sapaan Maruarar—menyebut penghargaan itu sebagai bukti konkret komitmen daerah dalam menyediakan rumah layak bagi rakyat.

“Pemprov Jateng mampu mengalokasikan anggaran besar untuk perumahan. Tahun ini ada 17.510 unit rumah, jauh di atas provinsi lain. Ini kerja luar biasa,” kata Maruarar.

Rumah untuk Harapan

Bagi Gubernur Ahmad Luthfi, penghargaan ini bukan semata-mata capaian birokrasi. Ia memaknainya sebagai dorongan moral agar pemerintah provinsi hingga desa tak berhenti memperjuangkan rumah layak, terutama bagi warga miskin ekstrem.

“Sekitar 17 ribu rumah akan kita perbaiki tahun ini. Artinya, puluhan ribu warga miskin ekstrem bisa hidup lebih manusiawi. Rumah bukan sekadar bangunan, melainkan tempat menumbuhkan harapan,” ujarnya.

Meski begitu, Luthfi tak menutup mata terhadap tantangan. Hingga akhir 2024, masih ada sekitar 1,3 juta unit rumah tak layak huni di Jawa Tengah. Menurutnya, masalah ini hanya bisa diurai lewat kolaborasi lintas sektor—mulai dinas tenaga kerja, dinas sosial, hingga program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Kolaborasi untuk Masa Depan

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Jateng, Boedyo Dharmawan, menyebut capaian tersebut sejalan dengan program nasional Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pembangunan 3 juta rumah.

“Tahun ini lebih dari 26 ribu unit rumah teridentifikasi dari APBD provinsi, kabupaten/kota, dan CSR. Angka ini masih akan bertambah,” ujarnya.

Namun, bagi Boedyo, rumah tak boleh dilihat semata dari sisi statistik. “Ini tentang ruang hidup yang layak. Sebuah rumah bisa menjadi titik balik, dari kemiskinan menuju martabat,” katanya.

Dari Angka ke Kehidupan

Bagi masyarakat kecil, penghargaan ini berarti semakin banyak keluarga terbebas dari rumah reyot, atap bocor, dan lantai tanah.

Di sinilah, angka-angka di atas kertas berubah menjadi bangunan nyata. Makna penghargaan bukan sekadar trofi di etalase pemerintahan, melainkan kesempatan bagi rakyat kecil untuk membesarkan anak dengan sehat, hidup lebih layak, dan menatap masa depan dengan lebih optimis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama