MNI| Ungaran – Malam di Desa Plumbon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, terasa berbeda pada Rabu (27/8/2025). Lapangan desa yang biasanya lengang, malam itu dipenuhi ribuan pecinta selawat dari berbagai penjuru: Klaten, Kendal, Boyolali, hingga pelosok Kabupaten Semarang. Mereka datang dengan satu tujuan—berselawat bersama dalam tasyakuran Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia yang dirangkai dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Suasana makin khidmat ketika Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf dari Pekalongan memimpin lantunan selawat. Suara hadrah Az Zahir mengalun, mengisi udara malam, menyatukan ribuan jamaah dalam satu irama doa dan cinta kepada Rasulullah.
Di tengah kerumunan, hadir Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. Tokoh yang akrab disapa Gus Yasin ini tak sekadar menjadi tamu kehormatan. Ia memilih turun dari panggung, membaur bersama warga. Alih-alih berpidato panjang, Gus Yasin justru mengajak dialog.
“Katanya sudah nunggu lama kok malah pada diam. Mana suaranya, apa kanyepen (kedinginan)? Mau request apa? Ya sudah dimulai saja,” ucapnya, disambut tawa dan riuh sorak jamaah.
Gestur sederhana itu membuat acara terasa lebih hangat. Bahkan, saat Gus Yasin turun dari panggung, ia memberikan peci hitam yang dikenakannya kepada seorang warga.
Mudasir, warga Klaten yang menerima peci tersebut, tak kuasa menyembunyikan rasa bahagia. Senyumnya merekah, peci itu ia peluk erat, sembari sesekali dipamerkan kepada rekan-rekan sesama Zahir Mania.
“Harapannya bisa membawa berkah untuk saya dan keluarga,” ujarnya lirih, penuh syukur.
Sebelum selawat kembali mengalun, Habib Ali memanjatkan doa. Bukan hanya untuk Desa Plumbon, tetapi juga untuk negeri.
“Semoga dengan mencintai selawat, Indonesia dijauhkan dari balak, permusuhan, perpecahan. Semoga yang hadir semakin beriman dan mencintai Rasul-Nya, diberikan keberkahan baik ekonomi dan keluarga, serta disehatkan sebagai berkah dari selawat,” ucapnya, yang diaminkan ribuan jamaah.
Malam itu, selawat bukan hanya lantunan doa. Ia menjelma menjadi simpul kebersamaan. Di antara gema doa dan tabuhan hadrah, terselip harapan akan negeri yang lebih teduh, masyarakat yang lebih rukun, dan generasi yang lebih kuat dalam iman.